A. Barisan Dan Deret
Kalian tentu pernah berpikir tentang nomor
rumah di sisi kiri jalan yang bernomor ganjil 1, 3, 5, 7, dan seterusnya,
sedangkan nomor rumah di sisi kanan jalan bernomor genap 2, 4, 6, 8, dan
seterusnya. Mungkin juga kalian pernah berpikir dari mana para pakar menyatakan
bahwa 10 tahun ke depan penduduk Indonesia akan menjadi x juta jiwa.
Dua contoh di atas berkaitan dengan barisan
dan deret dari suatu bilangan.
1. Barisan Bilangan
Bilangan-bilangan yang disusun urut dengan
aturan tertentu seperti itulah dikenal dengan nama barisan bilangan.
Secara matematis, barisan bilangan merupakan
nilai fungsi dengan daerah definisinya adalah bilangan asli. Misalkan barisan
bilangan ditulis lambang U untuk menyatakan urutan suku-sukunya maka bilangan
pertama ditulis U(1) atau U1, bilangan kedua ditulis U(2)
atau U2, dan seterusnya.
Jadi, bentuk umum barisan bilangan
adalah U1, U2, U3, ..., Un,
...
Dalam hal ini, Un = f(n)
disebut rumus umum suku ke-n dari barisan bilangan.
Contoh Soal :
Diketahui barisan bilangan 4, 7, 12, 19, ....
a. Tentukan rumus suku ke-n.
b. Suku keberapa dari barisan tersebut yang
bernilai 199?
Penyelesaian :
Barisan bilangan: 4, 7, 12, 19, ...
a. Suku ke-1 = U1 = 4 = 12 +
3
Suku ke-2 = U2 = 7 = 22 +
3
Suku ke-3 = U3 = 12 = 32 +
3
Suku ke-4 = U4 = 19 = 42 +
3
Suku ke-n = Un = n2 +
3
Jadi, rumus suku ke-n barisan tersebut
adalah Un = n2 + 3.
b. Diketahui suku ke-n = 199, berarti
Un = 199
↔ n2 + 3 = 199
↔ n2 = 196
Karena n2 = 196
maka n1 = 14 atau n2 = –14 (dipilih
nilai n positif).
Mengapa tidak dipilih n = –14?
Jadi, suku yang nilainya 199 adalah suku
ke-14.
2. Deret Bilangan
Misalkan kita mempunyai barisan
bilangan U1, U2, U3, ..., Un dan Sn adalah
jumlah dari suku-suku barisan itu.
Sn = Sn = U1 + U2 +
U3 + ... + Un disebut deret.
Jadi, deret adalah jumlahan suku-suku dari
suatu barisan.
B. Barisan dan Deret Aritmatika
1. Barisan Aritmatika
Barisan aritmetika adalah suatu barisan
bilangan yang selisih setiap dua suku berturutan selalu merupakan bilangan
tetap (konstan).Bilangan yang tetap tersebut disebut beda dan dilambangkan
dengan b.
Perhatikan juga barisan-barisan bilangan
berikut ini.
a. 1, 4, 7, 10, 13, ...
b. 2, 8, 14, 20, ...
c. 30, 25, 20, 15, ...
Barisan-barisan tersebut merupakan contoh
dari barisan aritmatika.
Rumus umum suku ke-n barisan aritmetika
dengan suku pertama (U1) dilambangkan dengan a dan beda dengan b dapat
ditentukan seperti berikut.
U1 = a
U2 = U1 + b =
a + b
U3 = U2 + b =
(a + b) + b = a + 2b
U4 = U3 + b =
(a + 2b) + b = a + 3b
U5 = U4 + b =
(a + 3b) + b = a + 4b
n = Un–1 + b = a + (n – 1)b
Jadi, rumus suku ke-n dari barisan aritmatika
adalah :
Un = a + (n – 1)b
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = suku pertama
b = beda
n = banyak suku
Contoh Soal Barisan Aritmatika :
Tentukan suku ke-8 dan ke-20 dari barisan –3,
2, 7, 12, ....
Jawaban :
–3, 2, 7, 12, …
Suku pertama adalah a = –3 dan bedanya b = 2
– (–3) = 5.
Dengan menyubstitusikan a dan b,
diperoleh Un = –3 + (n – 1)5.
Suku ke-8 : U8 = –3 + (8
– 1)5 = 32.
Suku ke-20 : U20 = –3 +
(20 – 1)5 = 92.
Contoh Soal 2 :
Diketahui barisan aritmetika –2, 1, 4, 7,
..., 40. Tentukan banyak suku barisan tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui barisan aritmetika –2, 1, 4, 7,
..., 40.
Dari barisan tersebut, diperoleh a = –2, b =
1 – (–2) = 3, dan Un = 40.
Rumus suku ke-n adalah Un =
a + (n – 1)b sehingga :
40 = –2 + (n – 1)3
↔ 40 = 3n – 5
↔ 3n = 45
Karena 3n = 45, diperoleh n = 15.
Jadi, banyaknya suku dari barisan di atas
adalah 15.
2. Deret Aritmetika
Dari sembarang barisan aritmetika, misalnya
2, 5, 8, 11, 14, ... dapat dibentuk suatu deret yang merupakan penjumlahan
berurut dari suku-suku barisan tersebut, yaitu 2 + 5 + 8 + 11 + .... Terlihat
bahwa barisan aritmetika dapat dibentuk menjadi deret aritmetika dengan cara
menjumlahkan suku-suku barisan aritmetika sehingga dapat didefinisikan secara
umum.
Misalkan U1, U2, U3,
..., Un merupakan suku-suku dari suatu barisan
aritmetika. U1 + U2 + U3 +
... + Un disebut deret aritmetika, dengan :
Un = a + (n – 1)b.
Seperti telah kalian ketahui, deret
aritmetika adalah jumlah n suku pertama barisan aritmetika. Jumlah n suku
pertama dari suatu barisan bilangan dinotasikan Sn. Dengan
demikian,
Sn = U1 + U2 + U3 +
... + Un.
Untuk memahami langkah-langkah menentukan
rumus Sn, perhatikan contoh berikut.
Contoh Soal Deret Aritmatika :
Diketahui suatu barisan aritmetika 2, 5, 8,
11, 14. Tentukan jumlah kelima suku barisan tersebut.
Pembahasan :
Jumlah kelima suku 2, 5, 8, 11, 14 dapat
dituliskan sebagai berikut.
S5 =
|
2 + 5 + 8 + 11 + 14
|
|
S5 =
|
14 + 11 + 8 + 5 + 2
|
+
|
2S5 =
|
16 + 16 + 16 + 16 + 16
|
|
2S5 =
|
5 x 16
|
|
S5=80/2=40
|
|
|
Jadi, jumlah kelima suku barisan tersebut
adalah 40.
Setelah kalian amati contoh di atas, kita
dapat menentukan rumus umum untuk Sn sebagai berikut.
Diketahui rumus umum suku ke-n dari barisan
aritmetika adalah Un = a + (n – 1)b. Oleh karena itu,
U1 =
|
a
|
|
|
= a
|
U2 =
|
a
|
+
|
B
|
= Un – (n – 2)b
|
U3 =
|
a
|
+
|
2b
|
= Un – (n – 3)b
|
Un =
|
a
|
+
|
(n – 1)b
|
= Un
|
Dengan demikian, diperoleh :
Sn = a + (a + b) + (a + 2b) +
... + (a + (n – 1)b)
= a + (Un – (n – 2) b) + (Un –
(n – 3) b) + ... + Un............ (1)
Dapat pula dinyatakan bahwa besar setiap suku
adalah b kurang dari suku berikutnya.
Un–1 = Un – b
Un–2 = Un–1 –
b = Un – 2b
Un–3 = Un–2 –
b = Un – 3b
Demikian seterusnya sehingga Sn dapat
dituliskan
Sn = a + (Un –
(n – 1)b) + … + (Un – 2b) + (Un – b) + Un ......
(2)
Dari persamaan 1 dan 2 jika kita jumlahkan,
diperoleh :
Dengan demikian, 2Sn = n(a
+ Un)
↔ Sn = ½ n(a + Un)
↔ Sn = ½ n(a + (a + (n – 1)b))
↔ Sn = ½ n(2a + (n – 1)b)
Jadi, rumus umum jumlah n suku pertama deret
aritmetika adalah :
Sn = ½ n(a + Un)
atau
Sn = ½ n [2a + (n – 1)b]
Keterangan:
Sn= jumlah n suku pertama
a = suku pertama
b = beda
Un = suku ke-n
n = banyak suku
C. Barisan dan Deret Geometri
1. Barisan Geometri
Coba kalian amati barisan 1, 2, 4, 8, 16, 32,
.... Terlihat, suku berikutnya diperoleh dengan mengalikan 2 pada suku
sebelumnya. Barisan ini termasuk barisan geometri. Jadi, secara umum, barisan
geometri adalah suatu barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku
sebelumnya dikalikan dengan suatu bilangan tetap (konstan). Bilangan yang tetap
tersebut dinamakan rasio (pembanding) dan dinotasikan dengan r.
Perhatikan contoh barisan-barisan berikut.
a. 3, 6, 12, 24, ...
b. 2, 1, ½, 1/4, ...
c. 2, –4, 8, –16, ...
Barisan di atas merupakan contoh barisan
geometri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
jika U1, U2, ... Un barisan geometri
dengan Un adalah Rumus umum suku ke-n barisan geometri dengan
suku pertama (U1) dinyatakan a dan rasio r, dapat diturunkan sebagai berikut.
U1 =
|
a
|
U2 =
|
U1 × r = ar
|
U3 =
|
U2 × r = ar2
|
U4 =
|
U3 × r = ar3
|
Un =
|
Un–1 × r = arn–2 ×
r = arn–1
|
Dengan demikian, diperoleh barisan
geometri a, ar, ar2, ..., arn–1, ...
Jadi, rumus umum suku ke-n (Un)
barisan geometri adalah :
Un = arn–1
Keterangan:
a = suku pertama
r = rasio
n = banyak suku
Contoh Soal Barisan Geometri :
Carilah suku pertama, rasio, dan suku ke-7
dari barisan geometri berikut.
a. 2, 6, 18, 54, ...
b. 9, –3, 1, -1/3 , ...
Jawaban :
a. 2, 6, 18, 54, ...
Dari barisan geometri di atas, diperoleh :
1) suku pertama: a = 2;
2) rasio: r = ... = ... = 3.
Karena rumus suku ke-n barisan geometri
adalah :
Un = arn–1 maka
U7 = 2(37–1) =
2 × 729 = 1.458
3. Deret Geometri Tak Berhingga
Deret geometri yang tidak dapat dihitung
banyak seluruh sukunya disebut deret geometri tak berhingga.
Perhatikan deret geometri berikut.
a. 1 + 2 + 4 + 8 + ...
Deret-deret di atas merupakan contoh deret
geometri tak berhingga.
Dari contoh a dan b , rasionya berturut-turut
adalah 2 dan –2.
Jika deret tersebut diteruskan maka nilainya
akan makin besar dan tidak terbatas. Deret yang demikian disebut deret
divergen, dengan | r | > 1. Sebaliknya, dari contoh c dan d, rasio
masing-masing deret 1/2 dan –1/3. Dari contoh c dan d, dapat kita hitung
pendekatan jumlahnya. Deret tersebut dinamakan deret konvergen dengan | r |
< 1. Pada deret konvergen, jumlah suku-sukunya tidak akan melebihi suatu
harga tertentu, tetapi akan mendekati harga tertentu. Harga tertentu ini disebut
jumlah tak berhingga suku yang dinotasikan dengan S∞ .
Nilai S∞ merupakan nilai pendekatan (limit)
jumlah seluruh suku (Sn) dengan n mendekati tak berhingga. Oleh
karena itu, rumus deret tak berhingga dapat diturunkan dari deret geometri
dengan suku pertama a, rasio r dan n → ∞
Karena deret konvergen (| r | < 1), untuk
n → ∞ maka rn → 0 sehingga :
Jadi, rumus jumlah deret geometri tak
berhingga adalah :
D. Notasi Sigma
Salah satu ciri matematika adalah
digunakannya lambang untuk mengungkapkan suatu pernyataan secara singkat,
jelas, dan konsisten yang jika diungkapkan dengan kalimat biasa cukup panjang.
Salah satu lambang yang penting adalah ” Σ ”
(dibaca: sigma). Lambang ini digunakan untuk menuliskan penjumlahan secara
singkat.
1. Pengertian Notasi Sigma
Perhatikan penjumlahan bilangan-bilangan di
bawah ini.
1 + 2 + 3 + 4 + ... + 50
Jika semua suku-sukunya ditulis, cara
penulisan penjumlahan tersebut jelas tidak efektif. Apalagi jika banyak
bilangan yang dijumlahkan makin besar. Dengan menggunakan notasi sigma,
penulisan 1 + 2 + 3 + 4 + ... + 50 dipersingkat menjadi k (dibaca: sigma k mulai
dari k = 1 sampai dengan k = 50). Atau, boleh dibaca sigma k, untuk k = 1
hingga 50.
Huruf k digunakan sebagai variabel suku yang
akan bergerak mulai 1 dan bertambah 1 sampai mencapai 50. Bilangan 1 disebut
batas bawah dan 50 disebut batas atas penjumlahan. Secara umum, notasi sigma
dinyatakan sebagai berikut.
Keterangan:
1 = batas bawah
n = batas atas
k = indeks
Uk = suku ke-k
Batas bawah tidak harus bernilai 1. Jika
batas bawah penjumlahan 1 dan batas atasnya n maka penjumlahan terdiri atas n
suku, sedangkan jika batas bawahnya r dan batas atasnya n maka penjumlahan
terdiri dari (n – r + 1) suku.
Contoh Soal Notasi Sigma :
Pembahasan :
= 1 × 2 + 2 × 3 + 3 × 4 + 4 × 5 + 5 × 6
= 2 + 6 + 12 + 20 + 30
sip mampir ke blog JUGA YA
BalasHapushttp://www.gtaind.com/p/download-gta.html
yap sangat membantu
BalasHapusmakasih sangat membantu
BalasHapusinformasi yang bermanfaat :)
BalasHapusAlhamdulillah ....terimakasih banyak yah😁
BalasHapus